Wlcome Tab

Sunday, 27 October 2013

Kerangka Acuan Pelaksanan Ansos


1.            Fokus analisis pertama-tama memusatkan diri pada :
·         Sistem-sistem yang ada dalam komunitas
·         Dimensi-dimensi obyektif (organisasi, pola perilaku, dan lembaga-lembaga sosial) dan subyektif (kesadaran, nilai-nilai dan ideologi)

2.            Batas-Batas ANSOS
o   ANSOS tidak dirancang untuk menyediakan jawaban atas pertanyaan “apa yang kita perbuat”.
o   ANSOS bukanlah sebuah kegiatan esoteris (untuk kelompok kecil) monopoli kaum intelektual.
o   ANSOS bukan perangkat yang “bebas nilai”. ANSOS memungkinkan kita untuk bergulat dengan prasangka-prasangka kita sendiri, mengkritik asumsi-asumsi dasar kita dan menggali horison-horison baru yang terbuka bagi kita. Proses diskusi dalam kelompok mempunyai peranan yang sangat penting selama melakukan kunjungan lapangan.

3.            Prinsip Dasar Pendekatan Dalam Analisis Sosial


  1. Historis: dengan mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan dari periode-periode yang berbeda, dan tugas strategi yang berbeda dalam tiap periode
  2. Unsur-unsur Struktural: dengan menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana masyarakat dihasilkan dan diinstruksikan serta bagaimana institusi-institusi saling berhubungan dalam ruang sosial.
  3. Kandungan nilai yang berorientasi pada keadilan sosial, khususnya bagi masyarakat yang rentan dan miskin.
  4. Tidak dogmatis, dapat menggunakan berbagai perspektif dan berbagai aliran analistis.

Analisis Sosial : Sebuah Metodologi

Analisis Sosial (ansos) merupakan salah satu metodologi yang dikembangkan  untuk mengetahui dan mendalami realitas sosial.  Ada dua pendekatan dalam ansos, yakni pendekatan akademis dan pendekatan pastoral. Pendekatan akademis mempelajari/mengkaji situasi sosial khusus dengan cara-cara yang benar-benar abstrak dan objektif, memerinci semua elemennya agar dimengerti dengan jelas. Sedangkan pendekatan pastoral memandang realitas dalam keterlibatan historis, mempertimbangkan situasi untuk bertindak. Sehingga ansos bukanlah sekedar ungkapan ilmu pengetahuan, akan tetapi ansos dilakukan lebih pada tujuan untuk diabdikan pada tindakan keadilan.

Ansos dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lebih lengkap tentang sebuah situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan kulturalnya. Ansos berperan sebagai perangkat yang memungkinkan kita menangkap dan memahami realitas yang sedang kita hadapi. Ansos menggali realitas dari berbagai dimensi. Kadang memusatkan pada masalah-masalah khusus seperti masalah pengangguran, inflasi, atau kelaparan. Dalam kesempatan lain berpusat pada kebijakan-kebijakan yang tertuju kepada masalah-masalah tersebut. Ansos memungkinkan seseorang mempelajari dan menyelidiki lebih jauh struktur dari lembaga-lembaga ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan, karena dari struktur lembaga-lembaga tersebut munculnya masalah-masalah dan ke sana pula berbagai kebijakan tertuju.

Ansos memusatkan diri pada system sosial yang perlu dianalisis dari dimensi waktu (analisis historis) maupun menurut ruang (analisis struktural). Analisis historis mengkaji perubahan-perubahan sistem sosial dalam kurun waktu. Adapun analisis struktural menyajikan bagian yang representatif dari kerangka kerja dari sebuah sistem dalam momen waktu tertentu. Kedua analisis tersebut mesti dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh.


Dalam analisis, pada akhirnya kita akan dapat membedakan antara dimensi-dimensi objektif dan subjektif realitas sosial. Dimensi objektif mencakup berbagai organisasi, pola-pola perilaku, dan lembaga-lembaga/institusi yang memuat ungkapan-ungkapan structural secara eksternal. Sedang dimensi subjektif menyangkut kesadaran, nilai-nilai, dan ideologi. Unsur-unsur tersebut harus dianalisis untuk memahami berbagai asumsi yang aktif bekerja dalam situasi sosial yang ada.

ANALISA SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL : Informasi Adalah Kekuatan, Menguasai Informasi Berarti Menguasai Dunia

Gerakan untuk perubahan sosial, tentu saja mengisyarakatkan adanya tindakan yang terencana, sistematik dan mengarahkan tindakan pada sasaran-sasaran tertentu. Hal ini pada dasarnya hendak mengatakan bahwa usaha perubahan bukan tindakan cela dan ngawur, melainkan usaha yang didasarkan pada analisa sosial yang kuat.

Suatu analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang  situasi sosial, hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis, sehingga memungkinkan untuk menangkap dan memahami realitas yang sedang dihadapi. Suatu analisis pada dasarnya “mirip” dengan sebuah “penelitian akademis” yang berusaha menyingkap suatu “hal atau aspek” tertentu. Dalam proses ini yang dilakukan bukan hanya mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha membongkar apa yang sesungguhnya terjadi, bahkan menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial seyogyanya mampu memberikan prediksi ke depan, tentang kemungkinan apa yang akan terjadi.

Apakah hasil kesimpulan dari analisis bersifat final? Tentu saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentatif, yang berubah sesuai fakta atau data temuan-temuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus bergerak, memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal.

Siapa pelaku analisis sosial?
Bicara tentang analisis sosial, pada umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendekiawan atau golongan terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa analisis sosial hanya milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis awam dimentahkan. Entah dinyatakan tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun.

Pemahaman yang demikian, bukan saja keliru, melainkan mengandung maksud-maksud yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial di sini justru ingin membuka sekat atau pintu itu, dan memberikan kesempatan pada siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data atau informasi. Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih berpeluang mendekati kebenaran. Tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk melakukan analisis terhadap apa yang terajadi di lingkungan mereka, atau apa yang mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat tergantung” dan pada giliranyya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.

Mengapa analisis sosial?
Apa sebetulnya yang dijanjikan oleh proses analisis sosial, sehingga proses ini mempunyai nilai penting?
1.     Berguna untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang berkembang (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan.
2.     Akan dapat dipakai untuk mengetahui potensi yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang hidup di masyarakat.
3.     Dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling dirugikan (termasuk jawaban mengapa demikian)
4.     Dari hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi, sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang akan dilakukan.

Tempat analisis sosial?
Kalangan akademis umumnya menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan keilmuannya. Untuk apa semuanya itu? Naskah-naskah itu biasanya tergeletak begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman Lepisma (kutu buku). Memang ada pula karya akademisi atau kalangan cerdik pandai yang digunakan untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh negara untuk mengambil kebijakan. Namun pola hubungan kampus dengan negara yang selama ini berlangsung, menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara, ketimbang dengan masyarakat, meski tidak selalu demikian. Akibatnya sensitifitas cerdik pandai terhadap penderitaan rakyat terasa tidak cukup tinggi.

Berbeda dengan analisis sosial yang hendak dikembangkan disini. Analisis sosial bukan pekerjaan kegenitan sosial dan bukan pula sejenis keisengan tanpa dasar. Kegiatan ini dengan jelas didedikasikan dan diorientasikan untuk suatu keperluan bagi perubahan. Ada watak ‘mengubah’ yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini. Justru karena itu pula, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan salah satu titik simpul dari proses panjang mendorong perubahan. Analisis sosial akan menghasilkan semacam “peta” yang memberikan arahan dan dasar, bagi usaha-usaha perubahan.

Apa prinsip analisis sosial?
Prinsip dari analisis sosial adalah:
1.     Bukan suatu bentuk penyelesaian masalah. Tempat analisis sosial bukan di akhir, melainkan di awal atau selangkah dari awal proses penyelesaian masalah. Analisis inilah yang akan memberikan pertimbangan untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam menyelesaikan masalah tersebut.
2.     Analisis sosial bukan hal yang netral. Setiap analisis pasti mengandung unsur pemihakan. Oleh sebab itu, suatu analisis selalu diawali dengan komitmen, karena sangat berkait dengan asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan atau sudut pandang yang digunakan pelaku.

Bagaimana melakukan analisis?
Untuk melakukan analisis sosial diperlukan tahap berikut:
1.     Menentukan posisi. Pelaku analisis perlu menyingkap dan mempertegas dimana posisi berdirinya. Bagaimanapun hasil analisis sangat ditentukan oleh posisi ini. Dalam melihat kaitan suatu peristiwa yang menyangkut hubungan negara dengan masyarakat, misalnya, dimana posisi yang ingin diambil, pada masyarakat atau negara. Setidaknya pelaku analisis menyadari sejak awal posisi yang diambilnya. Bahkan jika perlu dapat menyatakan argumen atau dalih mengenai posisi yang diambilnya.
2.     Melakukan pengumpulan dan penyusunan data. Dalam hal ini berlaku prinsip, lebih banyak data yang diperoleh maka akan lebih baik. Jangan sampai dengan sedikit data tetapi banyak menghasilkan kesimpulan. Perlu disadari bahwa data dapat dikumpulkan dari banyak sumber dan dengan banyak cara. Pelaku mengambil pilihan sedemikian rupa sehingga data sebanyak mungkin diperoleh dan valid. Setelah data diperoleh, ditata, disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk dan dapat dibaca. Atau dengan kata lain, data yang ada hendaknya disusun menjadi suatu deskripsi tentang sesuatu sehingga mudah dipahami. Pada tahap ini pula sebetulnya proses dan penetapan posisi sudah dimulai, yakni ketika memberikan tekanan kepada beberapa bagian dari data.
3.     Melakukan analisis. Dalam seluruh tahap ini, seluruh data yang ada coba dicari kaitan  diantaranya. Apa saja kaitan yang penting untuk ditelaah? Antara lain, kaitan historis (kesejarahan, sejarah peristiwa), kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa depan.
·         Telaah historis dimaksudkan untuk melihat ke belakang. Asumsi dari telaah  ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu saja hadir, melainkan melalui sebuah peristiwa sejarah. Dengan ini peristiwa dapat diletakkan posisinya dalam kerangka masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui telaah ini akan dikembangkan pula kesadaran historis.
·         Telaah struktur. Biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh stigma tertentu. Analisis ini sangat tajam melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah struktur ekonomi (distribusi sumber daya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar politik dan ekonomi); dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).
·         Telaah nilai. Penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Mengapa demikian? Dan siapa yang paling berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai tersebut.
·         Telaah reaksi. Melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan siapa atau pihak mana yang sudah bereaksi dan mengapa reaksi itu muncul. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.
·         Telaah masa depan. Tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap selanjutnya.

4.     Penarikan kesimpulan. Dari keseluruhan hal yang sudah ditemukan di atas kemudian ditarik kesimpulan. Dasar penarikan kesimpulan adalah hasil dari tahapan sebelumnya. Yang tidak kalah penting adalah menemukan akar masalah. Untuk menemukan akar masalah dapat dituntun dengan pertanyaan, “Mengapa?”. Untuk sampai kepada akar, maka penting dilakukan kualifikasi secara ketat, guna menentukan mana faktor yang paling penting. Kesimpulan tidak lain berbicara mengenai faktor yang memberikan pengaruh paling dominan (paling kuat) dan demi kepentingan siapa unsur akar tersebut bekerja. Sebagaimana diungkapkan di depan, kesimpulan tidak menjadi sesuatu yang final, melainkan akan mungkin diperbaiki menurut temuan-temuan atau data baru.


Sumber: KPA (diubah seperlunya)

Friday, 18 October 2013

Prasarana Jalan : Jalan Modern Jepang dan Jalan Berlobang Indonesia

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia memerlukan ruang gerak untuk berpindah baik dekat maupun jauh, sehingga memerlukan bantuan khusus berupa kendaraan agar lebih efisien. Kendaraan memerlukan ruang berupa jalan, yang merupakan salah satu fasilitas terpenting untuk menunjang kemajuan perekonomian di Indonesia. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk banguan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Sebagai penunjang utama dalam kemajuan perekonomian di Indonesia, sudah selayaknya jalan dibangun dengan rencana yang matang dan struktur yang baik dari segi kelembagaannya maupun keuangannya agar tercipta masa depan yang lebih baik. Akan tetapi, pada kenyataannya jalan di Indonesia masih sangat jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu wajar apabila perekonomiannya kembang kepis atau tidak stabil. Prasarana jalan masih terabaiakan, pengguna jalan pada akhirnya menjadi korban. Respon yang lambat dari pemerintah dalam mengatasi persoalan prasarana jalan mengakibatkan banyak jalan berlobang dan bergelombang dijumpai diseluruh pelosok negeri terlebih di derah pinggiran dan terpencil. Hal ini sangat jauh berbeda dengan prasarana jalan yang ada di Jepang, yang sangat tersturktur dan terintegrasi dengan baik sehingga perekonomianan terus meningkat dan menjadi negara maju.
Struktur kelembagaan yang mumpuni serta sumber keuanganan yang memadai berdampak positif terhadap perkembangan prasarana jalan di Jepang. Prasarana jalan di Jepang menggunakan teknologi yang maju dan rencana yang matang sehingga tercipta suatu mahakarya yang mempunyai fungsi maksimal dalam rangka penunjang perekonomian. Padatnya area terbangun di Jepang membawa implikasi banyak dibangunnya jalan layang yang memiliki struktur jalan yang sangat teratur terhubung dengan pusat-pusat aktivitas sehingga menciptakan efisiensi tinggi. Disamping itu jalur pedestrian pun terfasilitasi dengan baik sehingga pejalan kaki sangat nyaman dalam melangkah, hal ini berbeda dengan jalur pedestrian Indonesia yang telah tergusur oleh menjamurnya pedagang kaki lima yang berusaha mencari keuntungan semaunya, sehingga sangat sulit untuk melangkahkan kaki dan kendaraan pun menjadi pilihan akhirnya.
Respon cepat tanggap pemerintah Jepang terhadap prasarana jalan terwujud dengan tidak dijumpainya jalan yang berlobang maupun bergelombang. Jalan yang mengalami kerusakan dengan segera diperbaiki oleh pemerintah Jepang seperti kerusakan parah akibat gempa yang terjadi di Jalan Raya Kanto di Naka yang selesai diperbaiki dalam jangka waktu 6 hari setelah kejadian.

Sudah seharusnya pemerintah Indonesia berkaca pada Jepang dalam hal prasarana jalan apabila menginginkan masa depan yang lebih baik. Kelembagaan harus disusun, diorganisir dan dibangun dengan SDM yang bermutu sedangkan sumber dana harus teralokasikan dengan baik. Dan semua itu merupakan harapan unuk menciptakan negera Indonesia lebih maju dan bersinar di mata internasional.
Jalan raya di Jepang yang hancur karena gempa (kiri) dan setelah diperbaiki selama 6 hari (kanan).

Gambar : Jalan raya Kanto di Naka, Jepang 
yang hancur karena gempa (kiri) dan setelah diperbaiki selama 6 hari (kanan).

Gambar : Hebatnya Jalan Raya di Jepang (Hakozaki Junction di Tokyo)


Wednesday, 16 October 2013

Perubahan Iklim Sebagai Akibat Proses Global

Pesatnya perkembangan memberikan konsekuensi pada perubahan tata guna lahan. Adanya perubahan penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan, merupakan pendorong utama perubahan lingkungan yang mengakibatkan degradasi atau kerugian dari ekosistem pada skala global. Pengalihfungsian lahan untuk kegiatan pertanian dengan melakukan pembukaan lahan secara besar serta bertambahnya angka urbanisasi yang berdampak pada kebutuhan lahan yang terus meningkat berakibat pada menurunnya kualitas sumber daya alam. Sehingga kemampuan alam dalam melakukan siklus alaminya terdegradasi dan mengakibatkan unsur-unsur yang berbahaya bagi manusia tidak mampu ternetralisir oleh alam dengan sempurna seperti Karbondioksida(CO2), Metan(CH4), Dinitro oksida(N2O), dll. Terlebih lagi makin naiknya gas buang ke udara akibat penggunaan bahan bakar fosil pada aktifitas manusia dalam kemajuan industri dan sarana transportasi serta kemajuan peradaban yang menyumbang besar dalam perubahan iklim di bumi. Aktivitas manusia di kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca secara global.
Semakin meningkatnya polusi di bumi berimplikasi pada terjadinya peningkatan temperatur di bumi atau global warming. Global warming mempunyai dampak yang cukup signifikan bagi lingkungan, terutama lingkungan geofisik dan lingkungan hayati. Global warming akan berdampak pada mencairnya gunung es di kutub utara dan kutub selatan sehingga menyebabkan kenaikan volume air laut. Kenaikan volume air laut menyebabkan bergesernya garis pantai sehingga dapat  memungkinkan tenggelamnya pulau-pulau. Kenaikan air laut juga dapat menimbulkan bencana seperti erosi daerah pantai dan banjir akibat air pasang, hal ini tentu akan menimbulkan kerugian dalam bidang ekonomi.
Global warming dapat meningkatkan persebaran penyakit karena dengan adanya kenaikan suhu di permukaan bumi, virus tertentu yang semula hanya mampu berkembang dalam iklim tropis kemungkinan dapat menyebar luas ke daerah lain yang memiliki suhu yang sama.

Keanekaragaman hayati yang ada di bumi juga akan terdegradasi akibat pemanasan global. Pemanasan global yang berdampak pada berubahnya iklim dan  curah hujan akan mengakibatkan beberapa spesies tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik sehingga ekosistem yang ada akan terganggu.

Tuesday, 7 May 2013

Poster Teknik Komunikasi

Poster Tema Public Space
* Poster simple dengan makna tersurat sehingga mudah dipahami oleh semua kalangan...

Saturday, 13 April 2013

Interpetrasi Citra

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Pemakaian penginderaan jauh antara lain untuk memperoleh informasi, seperti mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, dan sebaran ikan di laut. Dalam penginderaan jauh, data atau hasil observasi yang didapat disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Berdasarkan resolusi yang digunakan, citra hasil penginderaan jarak jauh bisa dibedakan atas :
ü  Resolusi spasial
Merupakan ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dideteksi oleh citra satelit. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi (recognize) dan menganalisis suatu objek di bumi selain mendeteksi (detectable) keberadaannya.
ü  Resolusi Temporal
Merupakan frekuensi suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama (revisit) dalam suatu waktu. Seperti Landsat TM yang mempunyai ulangan setiap 16 hari, SPOT 26 hari dan lain sebagainya.
ü  Resolusi spektral
Merupakan dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitive terhadap sensor.
ü  Resolusi radiometrik
Merupakan ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aliran radiasi (radiation flux) yang dipantulkan atau diemisikan suatu objek oleh permukaan bumi.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra inderaja dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Di dalam intepretasi citra, penafsiran citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan analisis atau menilai arti petingnya obyek yang tegambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsiran citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra. Dan menerjemahkannya kedalam disiplin ilmu tertentu seperti ilmu perencanaan, geologi, geografi, ekologi dan disiplin ilmu lainnya.
Untuk mempermudah menafsir objek yang tergambar pada citra foto, dapat digunakan unsur-unsur yang tercermin pada objek yaitu :
1.   Rona dan warna
Rona dan warna disebut unsur dasar. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah warna atau rona yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya rona dan warna disebut unsur dasar.
a.   Rona
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra, dengan demikian rona merupakan tingkat dari hitam keputih atau sebaliknya. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi objek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0.4-0.7). Di dalam penginderaan jauh spektrum demikian disebut spektrum lebar.
a.    Cara pengukuran rona
Rona dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan cara relatif dengan menggunakan mata biasa dan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan alat. Dengan menggunakan mata biasa, pada umumnya rona dibedakan menjadi lima tingkat yaitu putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu-hitam dan hitam. Dengan menggunakan alat maka rona dapat dibedakan dengan lebih pasti dan dengan tingkat pembedaan yang lebih banyak.
b.    Faktor yang mempengaruhi rona :
1.    Karakteristik objek
2.    Bahan yang digunakan
3.    Pemrososan emulasi
4.    Cuaca
5.    Letak objek
b.   Warna
Warna adalah wujud yang tampak pada mata dengan menunjukan spektrum sempit. Lebih sempit dari spektrum tampak dan tingkat kegelapan yang beragam warna biru, hijau, kuning, merah, jingga dan lainnya. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0.4-0.5), (0.5-0.6) atau (0.6-0.7), sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan warna merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan didalam ujud hitam putih, warna menunjukan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan didalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga dan warna lainnya
a.   Cara pengukuran warna
ü  cara integral adalah pengukuran warna gabungan yang dibuahkan oleh lapisan-lapisan zat warna, tanpa memisahkan satu persatu.
ü  cara pengukuran analitik adalah pengukuran densiti pada tiap panjang gelombang bagi tiap lapis zat warna.
b.   Faktor yang mempengaruhi warna
ü  Panjang gelombang sinar yang membentuk warna itu. Panjang gelombang (0,4-0,5) membentuk warna biru sedang warna gelombang (0,5-0,7) membentuk warna kuning.
ü  Panjang gelombang yang dominan atau panjang gelombang rata-rata yang membentuk warna disebut “hue”. Dengan kata lain hue merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna.
ü  Kejenuhan (soturation)
ü  Intensitas kejenuhan mencirikan julat (range) panjang gelombang yang membentuk warna. Intensitas ditentukan oleh jumlah total sinar yang dipantulkan, terlepas dari panjang gelombangnya.
2.   Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan kerangka suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang banyak dikenali berdasarkan bentuknya saja. Dalam konteks ini bentuk dapat berupa bentuk yang tampak dari luar (umum), maupun menyangkut susunan atau struktur yang lebih rinci. Contoh : Sekolah perkantoran biasanya berbentuk huruf I, L atau U dan pohon kelapa berbentuk bintang sedang pinus berbentuk kerucut.
3.   Ukuran
Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Karena ukuran objek pada citra merupakan fungsi skala, maka didalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. sebagai contoh : ukuran suatu rumah dibedakan apakah rumah hunian, kantor, atau pabrik. Rumah hunian biasanya ukuranya relatif lebih kecil dibandingkan dengan perkantoran atau pabrik.
4.   Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Biasanya dinyatakan dalam ujud kasar, halus atau bercak-bercak.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:
ü  Hutan bertekstuk kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
ü  Tanaman padi bertekstur halus,tanaman tebu bertekstur sedang,dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
ü  Permukiman air yang tenang bertekstur halus.
5.   Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek buatan manusia dan beberapa obyek alamiah yang membentuk susunan keruangan.contoh perumahan real estate dikenali dengan pola yang teratur sedangkan perkampungan menyebar tidak teratur; perkebunan polanya teratur dan dapat dibedakan dengan vegetasi lainnya.
6.   Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek  yang berada didaerah gelap. Bayangan juga dapat berfungsi sebagai kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang tampak samar-samar. Namun demikian merupakan faktor penting untuk mengamati obyek-obyek yang tersembunyi, contoh :
ü  Cerobong asap pabrik, menara, bak air yang dipasang tinggi akan tampak dari bayangan.
ü  Tembok stadion, gawang  sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1 : 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.
ü  Lereng yang terjal akan tampak jelas dari bayangan.
7.   Situs
Situs merupakan hasil pengamatan dari hubungan antara obyek dilingkungan sekitarnya atau letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Contoh : permukiman pada umumnya memanjang di pinggir beting pantai, tanggul alam atau di sepanjang tepi jalan. Persawahan banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
8.   Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, berdasarkan asosiasi tersebut maka bila telah dikenali satu obyek tertentu maka dapat dijadikan petunjuk bagi obyek yang lain. Contoh : jalan kereta api berasosiasi dengan jalan rel kereta  api yang berderet; lapangan sepak bola berasosiasi dengan tiang gawang,   tribun penonton bila itu stadion yang besar.
Unsur interpretasi citra secara individual yang berdasarkan atas kerumitanya dibedakan atas empat tingkat, yaitu :
ü Unsur interpretasi primer : rona dan warna.faktor yang mempengaruhi dan cara pengukurannya
ü Unsur interpretasi sekunder : bentuk, ukuran, dan tekstur.
ü Unsur interpretasi tersier : pola dan bayangan.
ü Unsur interpretasi yang kerumitannya lebih tinggi : situs dan asosiasi

 Semoga Bermanfaat....




Daftar Pustaka
Gunarto, Edi. 2007. Interpretasi Citra, dalam http://inderaja.blogspot.com/2007/11/interpretasi-citra.html, diunduh Minggu, 7 April 2013
IPB. 2010. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, dalam http://hmit.lk.ipb.ac.id/2010/06/23/penginderaan-jauh-dan-interpretasi-citra, dinduh, Minggu, 7 April 2013
Kusnadi, Rahmat. 2012. Interpretasi Citra, dalam http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/10/interpretasi-citra.html, diunduh, Minggu, 7 April 2013

Elemen Sumber Daya Tanah dan Lahan


Tanah dan lahan, mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam bahasa Inggris kata soil dan land mmpunyai arti yang sama yaitu tanah, dan dalam perkembangannya kata land lebih berkembang menjadi kata lahan. Tanah merupakan suatu gejala alam permukaan daratan yang membentuk suatu zone dan biasa disebut pedosfer, tersusun atas bahan lepas berupa pecahan dan lapukan batuan bercampur dengan bahan organik. Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi dan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan bahan yang ada di bawahnya sebagai hasil kerja interaksi antara iklim, kegiatan oganisme, bahan induk dan relief selama waktu tertentu. Dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief (topografi) dan waktu. Iklim, organisme dan waktu adalah faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk dan relief merupakan penyedia bahan dan tempat dalam proses pembentukan tanah. Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.
Sedangkan lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, vegertasi serta benda2 yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk juga hasil kegiatan manusia pada masa lalu dan masa sekarang seperti reklamasi laut dan pembersihan vegetasi sehingga mempunyai ciri alami dan budaya. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya.
Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan lahan sehingga produktifitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan/jangka panjang. Lahan mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia.  Segala macam bentuk intervensi manusia secara siklis dan permanen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun spirituil yang berasal dari lahan tercakup dalam pengertian penggunaan lahan atau land use. Penggunaan sumber daya lahan dapat di bagi kedalam tiga kelompok manfaat dan peranan, yaitu
1.      Lahan digunakan untuk tempat tinggal, berusaha, bercocok tanam, dan lainnya;
2.      Lahan sebagai kawasan hutan yang menopang kehidupan vegetasi satwa liar;
3.      Lahan sebagai daerah pertambangan yang bermanfaat bagi manusia.
Dalam upaya pengelolaan lahan, sering terjadi benturan di antara sektor-sektor pembangunan yang memerlukan lahan. Fenomena seperti ini seringkali mengakibatkan penggunaan lahan kurang sesuai dengan kapabi litasnya.  Dalam hubungannya dengan penggunaan lahan ini, ada tiga faktor yang mem­pengaruhi nilai lahan, yaitu (i) kualitas fisik lahan, (ii) lokasi lahan terhadap pasar hasil-hasil produksi dan pasar sarana produksinya, dan (iii) interaksi di antara keduanya. Keadaan lahan yang merupakan wilayah dataran bumi menimbulkan presepsi yang berbeda2 tentang kegunaan dan hak2 pendistribusiannya, yang akhirnya berakibat pada kerusakan lahan itu sendiri. Kerusakan lahan sendiri bersifat subyekti dalam maknanya, misal kerusakan lahan untuk kawasan pertanian belum tentu rusak bagi kawasan industri atau tingkat hunian.
Potensi dan ketersediaan sumberdaya lahan untuk pertanian di Indonesia masih cukup luas, namun pada masa yang akan datang diprediksi akan terjadi kompetisi pemanfaatan antar sektor dan sub sektor pembangunan, baik di dalam sub sektor pertanian sendiri, terutama antara pangan dan bioenergi, maupun antar pertanian dengan non pertanian. Beberapa permasalahan yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan adalah sebagai berikut :
·         Degradasi sumberdaya lahan 
Kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap degradasi lahan antara lain kegiatan deforestasi, industri, pertambangan, perumahan, dan kegiatan pertanian. Apabila kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan. Oleh karenanya, implementasi suatu rencana kegiatan pembangunan harus dipikirkan keberlanjutannya dimasa mendatang.
·         Alih fungsi lahan
Alih fungsi lahan pertanian pada dasarnya merupakan suatu bentuk konsekuensi dari adanya pertumbuhan dan perubahan struktur sosial-ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Perkembangan tersebut tercermin dari adanya: (a) pertumbuhan aktivitas pemanfaatan sumberdaya lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan hidup per kapita, (b) adanya pergeseran kontribusi sektor pembangunan dari sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa).
·         Kompetisi penggunaan dan fragmetasi lahan
Pada masa yang akan datang persaingan penggunaan lahan antara masing-masing sektor seperti pertanian, perindustrian, pertambangan, dan pekerjaan umum (infra struktur, pemukiman, industri) sulit dihindari. Fragmentasi lahan dapat terjadi sebagai akibat banyak petani miskin yang semula memiliki lahan walaupun sempit, karena tekanan struktural ekonomi harus melepas hak kepemilik-an lahannya, baik dengan cara menjualnya maupun menyewakannya kepada petani lain yang umumnya lebih kaya. Akibatnya para petani miskin yang memiliki lahan sempit menjadi kelompok petani yang tidak lagi menguasai lahan dan perluasan penguasaan lahan pada petani lain pun tidak terkonsentrasi dalam satu hamparan tetapi terfragmentasi. Ditambah lagi adanya sistem pewarisan yang dapat menyebabkan skala kepemilikan lahan menjadi semakin sempit dan terfragmentasi. Lahan yang semula cukup luas harus dibagi-bagi sesuai dengan jumlah hak dari ahli waris sehingga luas kepemilihan lahan menjadi sempit, tidak ekonomis dan tidak dapat diandalkan sebagai sumber mata pencaharian sehingga pada akhirnya lahan tersebut dijual.
Semoga Bermanfaat….
Sumber
Hidayat, A. 2009. SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA : POTENSI, PERMASALAHAN, DAN STRATEGI PEMANFAATAN, dalam Jurnal Sumber Daya Lahan Vol. 3 No.2.  Balai Besar Penelitian dan Pengemba ngan Sumberdaya Lahan Pertanian : Bogor.
Muhammad, Nur. 2012. Manusia, Tanah dan Lahan. Dalam http://nurs07.blogspot.com/2012/10/manusia-tanah-dn-lahan.html, diunduh Sabtu, 24 Maret 2013