Wlcome Tab

Sunday, 27 October 2013

ANALISA SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL : Informasi Adalah Kekuatan, Menguasai Informasi Berarti Menguasai Dunia

Gerakan untuk perubahan sosial, tentu saja mengisyarakatkan adanya tindakan yang terencana, sistematik dan mengarahkan tindakan pada sasaran-sasaran tertentu. Hal ini pada dasarnya hendak mengatakan bahwa usaha perubahan bukan tindakan cela dan ngawur, melainkan usaha yang didasarkan pada analisa sosial yang kuat.

Suatu analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang  situasi sosial, hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis, sehingga memungkinkan untuk menangkap dan memahami realitas yang sedang dihadapi. Suatu analisis pada dasarnya “mirip” dengan sebuah “penelitian akademis” yang berusaha menyingkap suatu “hal atau aspek” tertentu. Dalam proses ini yang dilakukan bukan hanya mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha membongkar apa yang sesungguhnya terjadi, bahkan menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari itu, analisis sosial seyogyanya mampu memberikan prediksi ke depan, tentang kemungkinan apa yang akan terjadi.

Apakah hasil kesimpulan dari analisis bersifat final? Tentu saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya merupakan kebenaran tentatif, yang berubah sesuai fakta atau data temuan-temuan yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus bergerak, memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal.

Siapa pelaku analisis sosial?
Bicara tentang analisis sosial, pada umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendekiawan atau golongan terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa analisis sosial hanya milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis awam dimentahkan. Entah dinyatakan tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun.

Pemahaman yang demikian, bukan saja keliru, melainkan mengandung maksud-maksud yang tidak sehat dan penuh dengan kepentingan. Pengembangan analisis sosial di sini justru ingin membuka sekat atau pintu itu, dan memberikan kesempatan pada siapapun untuk melakukannya. Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan merupakan pihak yang paling kaya dengan data atau informasi. Justru analisis yang dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih berpeluang mendekati kebenaran. Tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk melakukan analisis terhadap apa yang terajadi di lingkungan mereka, atau apa yang mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat tergantung” dan pada giliranyya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.

Mengapa analisis sosial?
Apa sebetulnya yang dijanjikan oleh proses analisis sosial, sehingga proses ini mempunyai nilai penting?
1.     Berguna untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang berkembang (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan.
2.     Akan dapat dipakai untuk mengetahui potensi yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang hidup di masyarakat.
3.     Dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling dirugikan (termasuk jawaban mengapa demikian)
4.     Dari hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi, sehingga dengan demikian dapat pula diperkirakan apa yang akan dilakukan.

Tempat analisis sosial?
Kalangan akademis umumnya menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan keilmuannya. Untuk apa semuanya itu? Naskah-naskah itu biasanya tergeletak begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman Lepisma (kutu buku). Memang ada pula karya akademisi atau kalangan cerdik pandai yang digunakan untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh negara untuk mengambil kebijakan. Namun pola hubungan kampus dengan negara yang selama ini berlangsung, menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara, ketimbang dengan masyarakat, meski tidak selalu demikian. Akibatnya sensitifitas cerdik pandai terhadap penderitaan rakyat terasa tidak cukup tinggi.

Berbeda dengan analisis sosial yang hendak dikembangkan disini. Analisis sosial bukan pekerjaan kegenitan sosial dan bukan pula sejenis keisengan tanpa dasar. Kegiatan ini dengan jelas didedikasikan dan diorientasikan untuk suatu keperluan bagi perubahan. Ada watak ‘mengubah’ yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini. Justru karena itu pula, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan salah satu titik simpul dari proses panjang mendorong perubahan. Analisis sosial akan menghasilkan semacam “peta” yang memberikan arahan dan dasar, bagi usaha-usaha perubahan.

Apa prinsip analisis sosial?
Prinsip dari analisis sosial adalah:
1.     Bukan suatu bentuk penyelesaian masalah. Tempat analisis sosial bukan di akhir, melainkan di awal atau selangkah dari awal proses penyelesaian masalah. Analisis inilah yang akan memberikan pertimbangan untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam menyelesaikan masalah tersebut.
2.     Analisis sosial bukan hal yang netral. Setiap analisis pasti mengandung unsur pemihakan. Oleh sebab itu, suatu analisis selalu diawali dengan komitmen, karena sangat berkait dengan asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan atau sudut pandang yang digunakan pelaku.

Bagaimana melakukan analisis?
Untuk melakukan analisis sosial diperlukan tahap berikut:
1.     Menentukan posisi. Pelaku analisis perlu menyingkap dan mempertegas dimana posisi berdirinya. Bagaimanapun hasil analisis sangat ditentukan oleh posisi ini. Dalam melihat kaitan suatu peristiwa yang menyangkut hubungan negara dengan masyarakat, misalnya, dimana posisi yang ingin diambil, pada masyarakat atau negara. Setidaknya pelaku analisis menyadari sejak awal posisi yang diambilnya. Bahkan jika perlu dapat menyatakan argumen atau dalih mengenai posisi yang diambilnya.
2.     Melakukan pengumpulan dan penyusunan data. Dalam hal ini berlaku prinsip, lebih banyak data yang diperoleh maka akan lebih baik. Jangan sampai dengan sedikit data tetapi banyak menghasilkan kesimpulan. Perlu disadari bahwa data dapat dikumpulkan dari banyak sumber dan dengan banyak cara. Pelaku mengambil pilihan sedemikian rupa sehingga data sebanyak mungkin diperoleh dan valid. Setelah data diperoleh, ditata, disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk dan dapat dibaca. Atau dengan kata lain, data yang ada hendaknya disusun menjadi suatu deskripsi tentang sesuatu sehingga mudah dipahami. Pada tahap ini pula sebetulnya proses dan penetapan posisi sudah dimulai, yakni ketika memberikan tekanan kepada beberapa bagian dari data.
3.     Melakukan analisis. Dalam seluruh tahap ini, seluruh data yang ada coba dicari kaitan  diantaranya. Apa saja kaitan yang penting untuk ditelaah? Antara lain, kaitan historis (kesejarahan, sejarah peristiwa), kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa depan.
·         Telaah historis dimaksudkan untuk melihat ke belakang. Asumsi dari telaah  ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu saja hadir, melainkan melalui sebuah peristiwa sejarah. Dengan ini peristiwa dapat diletakkan posisinya dalam kerangka masa lalu, masa kini dan masa depan. Melalui telaah ini akan dikembangkan pula kesadaran historis.
·         Telaah struktur. Biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh stigma tertentu. Analisis ini sangat tajam melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur yang akan dilihat adalah struktur ekonomi (distribusi sumber daya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar politik dan ekonomi); dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).
·         Telaah nilai. Penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Mengapa demikian? Dan siapa yang paling berkepentingan dengan pengembangan nilai-nilai tersebut.
·         Telaah reaksi. Melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan siapa atau pihak mana yang sudah bereaksi dan mengapa reaksi itu muncul. Telaah ini penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.
·         Telaah masa depan. Tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap selanjutnya.

4.     Penarikan kesimpulan. Dari keseluruhan hal yang sudah ditemukan di atas kemudian ditarik kesimpulan. Dasar penarikan kesimpulan adalah hasil dari tahapan sebelumnya. Yang tidak kalah penting adalah menemukan akar masalah. Untuk menemukan akar masalah dapat dituntun dengan pertanyaan, “Mengapa?”. Untuk sampai kepada akar, maka penting dilakukan kualifikasi secara ketat, guna menentukan mana faktor yang paling penting. Kesimpulan tidak lain berbicara mengenai faktor yang memberikan pengaruh paling dominan (paling kuat) dan demi kepentingan siapa unsur akar tersebut bekerja. Sebagaimana diungkapkan di depan, kesimpulan tidak menjadi sesuatu yang final, melainkan akan mungkin diperbaiki menurut temuan-temuan atau data baru.


Sumber: KPA (diubah seperlunya)

No comments:

Post a Comment