Wlcome Tab

Saturday, 13 April 2013

Interpetrasi Citra

Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Pemakaian penginderaan jauh antara lain untuk memperoleh informasi, seperti mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, dan sebaran ikan di laut. Dalam penginderaan jauh, data atau hasil observasi yang didapat disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Berdasarkan resolusi yang digunakan, citra hasil penginderaan jarak jauh bisa dibedakan atas :
ü  Resolusi spasial
Merupakan ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dideteksi oleh citra satelit. Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi (recognize) dan menganalisis suatu objek di bumi selain mendeteksi (detectable) keberadaannya.
ü  Resolusi Temporal
Merupakan frekuensi suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama (revisit) dalam suatu waktu. Seperti Landsat TM yang mempunyai ulangan setiap 16 hari, SPOT 26 hari dan lain sebagainya.
ü  Resolusi spektral
Merupakan dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitive terhadap sensor.
ü  Resolusi radiometrik
Merupakan ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aliran radiasi (radiation flux) yang dipantulkan atau diemisikan suatu objek oleh permukaan bumi.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra inderaja dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Di dalam intepretasi citra, penafsiran citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan analisis atau menilai arti petingnya obyek yang tegambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsiran citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra. Dan menerjemahkannya kedalam disiplin ilmu tertentu seperti ilmu perencanaan, geologi, geografi, ekologi dan disiplin ilmu lainnya.
Untuk mempermudah menafsir objek yang tergambar pada citra foto, dapat digunakan unsur-unsur yang tercermin pada objek yaitu :
1.   Rona dan warna
Rona dan warna disebut unsur dasar. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah warna atau rona yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya rona dan warna disebut unsur dasar.
a.   Rona
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra, dengan demikian rona merupakan tingkat dari hitam keputih atau sebaliknya. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi objek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0.4-0.7). Di dalam penginderaan jauh spektrum demikian disebut spektrum lebar.
a.    Cara pengukuran rona
Rona dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan cara relatif dengan menggunakan mata biasa dan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan alat. Dengan menggunakan mata biasa, pada umumnya rona dibedakan menjadi lima tingkat yaitu putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu-hitam dan hitam. Dengan menggunakan alat maka rona dapat dibedakan dengan lebih pasti dan dengan tingkat pembedaan yang lebih banyak.
b.    Faktor yang mempengaruhi rona :
1.    Karakteristik objek
2.    Bahan yang digunakan
3.    Pemrososan emulasi
4.    Cuaca
5.    Letak objek
b.   Warna
Warna adalah wujud yang tampak pada mata dengan menunjukan spektrum sempit. Lebih sempit dari spektrum tampak dan tingkat kegelapan yang beragam warna biru, hijau, kuning, merah, jingga dan lainnya. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0.4-0.5), (0.5-0.6) atau (0.6-0.7), sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan warna merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan didalam ujud hitam putih, warna menunjukan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan didalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga dan warna lainnya
a.   Cara pengukuran warna
ü  cara integral adalah pengukuran warna gabungan yang dibuahkan oleh lapisan-lapisan zat warna, tanpa memisahkan satu persatu.
ü  cara pengukuran analitik adalah pengukuran densiti pada tiap panjang gelombang bagi tiap lapis zat warna.
b.   Faktor yang mempengaruhi warna
ü  Panjang gelombang sinar yang membentuk warna itu. Panjang gelombang (0,4-0,5) membentuk warna biru sedang warna gelombang (0,5-0,7) membentuk warna kuning.
ü  Panjang gelombang yang dominan atau panjang gelombang rata-rata yang membentuk warna disebut “hue”. Dengan kata lain hue merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna.
ü  Kejenuhan (soturation)
ü  Intensitas kejenuhan mencirikan julat (range) panjang gelombang yang membentuk warna. Intensitas ditentukan oleh jumlah total sinar yang dipantulkan, terlepas dari panjang gelombangnya.
2.   Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan kerangka suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang banyak dikenali berdasarkan bentuknya saja. Dalam konteks ini bentuk dapat berupa bentuk yang tampak dari luar (umum), maupun menyangkut susunan atau struktur yang lebih rinci. Contoh : Sekolah perkantoran biasanya berbentuk huruf I, L atau U dan pohon kelapa berbentuk bintang sedang pinus berbentuk kerucut.
3.   Ukuran
Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Karena ukuran objek pada citra merupakan fungsi skala, maka didalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. sebagai contoh : ukuran suatu rumah dibedakan apakah rumah hunian, kantor, atau pabrik. Rumah hunian biasanya ukuranya relatif lebih kecil dibandingkan dengan perkantoran atau pabrik.
4.   Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Biasanya dinyatakan dalam ujud kasar, halus atau bercak-bercak.
Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:
ü  Hutan bertekstuk kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
ü  Tanaman padi bertekstur halus,tanaman tebu bertekstur sedang,dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
ü  Permukiman air yang tenang bertekstur halus.
5.   Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek buatan manusia dan beberapa obyek alamiah yang membentuk susunan keruangan.contoh perumahan real estate dikenali dengan pola yang teratur sedangkan perkampungan menyebar tidak teratur; perkebunan polanya teratur dan dapat dibedakan dengan vegetasi lainnya.
6.   Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek  yang berada didaerah gelap. Bayangan juga dapat berfungsi sebagai kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang tampak samar-samar. Namun demikian merupakan faktor penting untuk mengamati obyek-obyek yang tersembunyi, contoh :
ü  Cerobong asap pabrik, menara, bak air yang dipasang tinggi akan tampak dari bayangan.
ü  Tembok stadion, gawang  sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1 : 5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.
ü  Lereng yang terjal akan tampak jelas dari bayangan.
7.   Situs
Situs merupakan hasil pengamatan dari hubungan antara obyek dilingkungan sekitarnya atau letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Contoh : permukiman pada umumnya memanjang di pinggir beting pantai, tanggul alam atau di sepanjang tepi jalan. Persawahan banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
8.   Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, berdasarkan asosiasi tersebut maka bila telah dikenali satu obyek tertentu maka dapat dijadikan petunjuk bagi obyek yang lain. Contoh : jalan kereta api berasosiasi dengan jalan rel kereta  api yang berderet; lapangan sepak bola berasosiasi dengan tiang gawang,   tribun penonton bila itu stadion yang besar.
Unsur interpretasi citra secara individual yang berdasarkan atas kerumitanya dibedakan atas empat tingkat, yaitu :
ü Unsur interpretasi primer : rona dan warna.faktor yang mempengaruhi dan cara pengukurannya
ü Unsur interpretasi sekunder : bentuk, ukuran, dan tekstur.
ü Unsur interpretasi tersier : pola dan bayangan.
ü Unsur interpretasi yang kerumitannya lebih tinggi : situs dan asosiasi

 Semoga Bermanfaat....




Daftar Pustaka
Gunarto, Edi. 2007. Interpretasi Citra, dalam http://inderaja.blogspot.com/2007/11/interpretasi-citra.html, diunduh Minggu, 7 April 2013
IPB. 2010. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, dalam http://hmit.lk.ipb.ac.id/2010/06/23/penginderaan-jauh-dan-interpretasi-citra, dinduh, Minggu, 7 April 2013
Kusnadi, Rahmat. 2012. Interpretasi Citra, dalam http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/10/interpretasi-citra.html, diunduh, Minggu, 7 April 2013

No comments:

Post a Comment