Gerakan untuk perubahan sosial, tentu
saja mengisyarakatkan adanya tindakan yang terencana, sistematik dan
mengarahkan tindakan pada sasaran-sasaran tertentu. Hal ini pada dasarnya
hendak mengatakan bahwa usaha perubahan bukan tindakan cela dan ngawur,
melainkan usaha yang didasarkan pada analisa sosial yang kuat.
Suatu
analisis sosial adalah usaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
tentang situasi sosial,
hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis, sehingga memungkinkan
untuk menangkap dan memahami realitas yang sedang dihadapi. Suatu analisis pada
dasarnya “mirip” dengan sebuah “penelitian akademis” yang berusaha menyingkap
suatu “hal atau aspek” tertentu. Dalam proses ini yang dilakukan bukan hanya
mengumpulkan data, berita atau angka, melainkan berusaha membongkar apa yang
sesungguhnya terjadi, bahkan menjawab mengapa demikian, dan menemukan pula
faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh kepada kejadian tersebut. Lebih dari
itu, analisis sosial seyogyanya mampu memberikan prediksi ke depan, tentang
kemungkinan apa yang akan terjadi.
Apakah hasil kesimpulan dari analisis
bersifat final? Tentu saja tidak. Hasil analisis dapat dikatakan hanya
merupakan kebenaran tentatif, yang berubah sesuai fakta atau data temuan-temuan
yang baru. Dengan demikian, analisis ini bersifat dinamis, terus bergerak,
memperbaharui diri, dikaji ulang dan terus diperkuat dengan fakta-fakta
pendukung. Hasil analisis bukan suatu dogma, atau sejenis kebenaran tunggal.
Siapa pelaku analisis sosial?
Bicara tentang analisis sosial, pada
umumnya selalu dikaitkan dengan dunia akademik, kaum cendekiawan atau golongan
terpelajar lainnya. Ada kesan yang sangat kuat bahwa analisis sosial hanya
milik mereka. Masyarakat awam tidak punya hak untuk melakukannya. Bahkan kalau
melakukan, maka disediakan mekanisme sedemikian rupa, sehingga hasil analisis
awam dimentahkan. Entah dinyatakan tidak ilmiah, ngawur, salah atau apapun.
Pemahaman yang demikian, bukan saja
keliru, melainkan mengandung maksud-maksud yang tidak sehat dan penuh dengan
kepentingan. Pengembangan analisis sosial di sini justru ingin membuka sekat
atau pintu itu, dan memberikan kesempatan pada siapapun untuk melakukannya.
Malahan mereka yang paling dekat dengan suatu kejadian, tentu akan merupakan
pihak yang paling kaya dengan data atau informasi. Justru analisis yang
dilakukan oleh mereka yang dekat dan terlibat akan lebih berpeluang mendekati
kebenaran. Tanpa memberikan kemampuan yang cukup kepada masyarakat luas untuk
melakukan analisis terhadap apa yang terajadi di lingkungan mereka, atau apa
yang mereka alami, maka mereka menjadi sangat mudah “dimanipulasi”, “dibuat
tergantung” dan pada giliranyya tidak bisa mengambil sikap yang tepat.
Mengapa analisis sosial?
Apa sebetulnya yang dijanjikan oleh
proses analisis sosial, sehingga proses ini mempunyai nilai penting?
1.
Berguna
untuk mengidentifikasi dan memahami persoalan-persoalan yang berkembang (ada)
secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana
yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan.
2.
Akan
dapat dipakai untuk mengetahui potensi yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang
hidup di masyarakat.
3.
Dapat
mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling
dirugikan (termasuk jawaban mengapa demikian)
4.
Dari
hasil-hasil tersebut, dapat diramalkan apa yang akan terjadi, sehingga dengan
demikian dapat pula diperkirakan apa yang akan dilakukan.
Tempat
analisis sosial?
Kalangan akademis umumnya
menghasilkan karya-karya yang “bagus” dan “bermutu” melalui kegiatan
keilmuannya. Untuk apa semuanya itu? Naskah-naskah itu biasanya tergeletak
begitu saja di rak-rak kampus, menjadi bahan referensi atau menjadi teman Lepisma
(kutu buku). Memang ada pula karya akademisi atau kalangan cerdik pandai yang
digunakan untuk keperluan kemasyarakatan, terutama oleh negara untuk mengambil
kebijakan. Namun pola hubungan kampus dengan negara yang selama ini
berlangsung, menjadikan kampus pada dasarnya lebih dekat dengan negara,
ketimbang dengan masyarakat, meski tidak selalu demikian. Akibatnya
sensitifitas cerdik pandai terhadap penderitaan rakyat terasa tidak cukup
tinggi.
Berbeda dengan analisis sosial yang
hendak dikembangkan disini. Analisis sosial bukan pekerjaan kegenitan sosial
dan bukan pula sejenis keisengan tanpa dasar. Kegiatan ini dengan jelas
didedikasikan dan diorientasikan untuk suatu keperluan bagi perubahan. Ada
watak ‘mengubah’ yang dihidupkan dalam proses analisis sosial ini. Justru
karena itu pula, maka menjadi sangat jelas bahwa analisis sosial merupakan
salah satu titik simpul dari proses panjang mendorong perubahan. Analisis
sosial akan menghasilkan semacam “peta” yang memberikan arahan dan dasar, bagi
usaha-usaha perubahan.
Apa prinsip analisis sosial?
Prinsip dari analisis sosial adalah:
1.
Bukan
suatu bentuk penyelesaian masalah. Tempat analisis sosial bukan di akhir,
melainkan di awal atau selangkah dari awal proses penyelesaian masalah.
Analisis inilah yang akan memberikan pertimbangan untuk mengambil
keputusan-keputusan penting dalam menyelesaikan masalah tersebut.
2.
Analisis
sosial bukan hal yang netral. Setiap analisis pasti mengandung unsur pemihakan.
Oleh sebab itu, suatu analisis selalu diawali dengan komitmen, karena sangat
berkait dengan asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan atau sudut pandang yang
digunakan pelaku.
Bagaimana melakukan analisis?
Untuk melakukan analisis sosial
diperlukan tahap berikut:
1.
Menentukan
posisi. Pelaku analisis perlu menyingkap dan mempertegas dimana posisi
berdirinya. Bagaimanapun hasil analisis sangat ditentukan oleh posisi ini.
Dalam melihat kaitan suatu peristiwa yang menyangkut hubungan negara dengan
masyarakat, misalnya, dimana posisi yang ingin diambil, pada masyarakat atau
negara. Setidaknya pelaku analisis menyadari sejak awal posisi yang diambilnya.
Bahkan jika perlu dapat menyatakan argumen atau dalih mengenai posisi yang
diambilnya.
2.
Melakukan
pengumpulan dan penyusunan data. Dalam hal ini berlaku prinsip, lebih banyak
data yang diperoleh maka akan lebih baik. Jangan sampai dengan sedikit data
tetapi banyak menghasilkan kesimpulan. Perlu disadari bahwa data dapat
dikumpulkan dari banyak sumber dan dengan banyak cara. Pelaku mengambil pilihan
sedemikian rupa sehingga data sebanyak mungkin diperoleh dan valid. Setelah
data diperoleh, ditata, disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai bentuk dan
dapat dibaca. Atau dengan kata lain, data yang ada hendaknya disusun menjadi
suatu deskripsi tentang sesuatu sehingga mudah dipahami. Pada tahap ini pula
sebetulnya proses dan penetapan posisi sudah dimulai, yakni ketika memberikan
tekanan kepada beberapa bagian dari data.
3.
Melakukan
analisis. Dalam seluruh tahap ini, seluruh data yang ada coba dicari
kaitan diantaranya. Apa saja kaitan yang
penting untuk ditelaah? Antara lain, kaitan historis (kesejarahan, sejarah
peristiwa), kaitan struktur, nilai-nilai, reaksi yang berkembang dan arah masa
depan.
·
Telaah
historis dimaksudkan untuk melihat ke belakang. Asumsi dari telaah ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu
saja hadir, melainkan melalui sebuah peristiwa sejarah. Dengan ini peristiwa
dapat diletakkan posisinya dalam kerangka masa lalu, masa kini dan masa depan.
Melalui telaah ini akan dikembangkan pula kesadaran historis.
·
Telaah
struktur. Biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah ini, terutama oleh
stigma tertentu. Analisis ini sangat tajam melihat apa yang ada, dan
mempersoalkan apa yang mungkin tidak pernah berani diganggu gugat. Struktur
yang akan dilihat adalah struktur ekonomi (distribusi sumber daya); politik
(bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial (bagaimana masyarakat mengatur
hubungan di luar politik dan ekonomi); dan budaya (bagaimana masyarakat
mengatur nilai).
·
Telaah
nilai. Penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang dominan dalam
masyarakat. Mengapa demikian? Dan siapa yang paling berkepentingan dengan
pengembangan nilai-nilai tersebut.
·
Telaah
reaksi. Melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan siapa atau pihak
mana yang sudah bereaksi dan mengapa reaksi itu muncul. Telaah ini penting
untuk menuntun kepada pemahaman mengenai “peta” kekuatan yang bekerja.
·
Telaah
masa depan. Tahap ini lebih merupakan usaha untuk memperkirakan atau meramalkan
apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemampuan untuk memberikan prediksi
(ramalan) akan dapat menjadi indikasi mengenai kualitas dari tahap-tahap
selanjutnya.
4.
Penarikan
kesimpulan. Dari keseluruhan hal yang sudah ditemukan di atas kemudian ditarik
kesimpulan. Dasar penarikan kesimpulan adalah hasil dari tahapan sebelumnya.
Yang tidak kalah penting adalah menemukan akar masalah. Untuk menemukan akar
masalah dapat dituntun dengan pertanyaan, “Mengapa?”. Untuk sampai kepada akar,
maka penting dilakukan kualifikasi secara ketat, guna menentukan mana faktor
yang paling penting. Kesimpulan tidak lain berbicara mengenai faktor yang
memberikan pengaruh paling dominan (paling kuat) dan demi kepentingan siapa
unsur akar tersebut bekerja. Sebagaimana diungkapkan di depan, kesimpulan tidak
menjadi sesuatu yang final, melainkan akan mungkin diperbaiki menurut
temuan-temuan atau data baru.
Sumber: KPA (diubah seperlunya)